BILA
kita membaca Al-Qur’an dan memahaminya lebih dalam, maka akan menemukan bahwa
kitab suci umat muslim ini merupakan sumber dari segala ilmu pengetahuan.
Al-Quran menjelaskan soal sejarah, kesehatan, sampai hal yang berkaitan dengan
masalah ghaib. Ada yang mengatakan juga bahwa Al-Qur’an ini sifatnya multi
tafsir.
Al-Qur’an
menyebut dirinya sebagai “penyembuh bahwa ternyata kitab suci umat muslim
ini penyembuh dari penyakit”, yang oleh kaum Muslim diartikan bahwa petunjuk
yang dikandungnya akan membawa manusia pada kesehatan spiritual, psikologis,
dan fisik.
Kesembuhan
menggunakan Al-Qur’an dapat dilakukan dengan membaca, berdekatan dengannya, dan
mendengarkannya. Allah SWT. Menjelaskan:
“Dan
apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah
dengan tenang agar kamu mendapat rahmat,” (QS. Al-A’raf [7] : 204).
Salah
satu unsur yang dapat dikatakan meditasi dalam Al-Qur’an adalah autosugesti,
dan hukum-hukum bacaan (tajwid, seperti waqaf dan lainnya).
Autosugesti
sebagai olah ketenangan, sedang waqaf dan hukum bacaan lainnya adalah
pernapasan. Jarang seorang Muslim berpikir kenapa setiap kali selesai tilawah
(membaca Al-Qur’an), tahu-tahu jiwa dan raga menjadi lebih baik. Ya, karena
tajwid, waqaf, memang diatur sesuai fitrah manusia. Maka, Maha Suci Allah,
itulah efek yang sesuai dengan sunatullah, bisa didapat tanpa orang
memahaminya, karena bersifat tindakan. Bisakah kita melakukan meditasi seperti
ini dengan aman, melalui bacaan atau tindakan selain Al-Qur’an?
Masih ingat Musailamah Al-Kadzab, sosok yang membuat syair
tentang gajah dan katak, lalu dinyatakannya sebagai penanding Al-Qur’an? Sampai
sekarang jika kita membacanya, bukan hanya lisan, hati pun akan tertawa. Itulah
makna tantangan Allah SWT.
“Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat
Al-Qur’an itu”, katakanlah: “(Kalau demikian), maka datanglah sepuluh
surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang
kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang
benar,” (QS. Hud [11] : 13).
Karena, Al-Qur’an efeknya memang global dan sempurna, selain
tata bahasa yang tanpa cela (indah jika kita memahami bahasa Arab), juga
efeknya. Subhanallah, seperti yang akan dibahas berikut ini.
Aspek Autosugesti
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang banyak
sekali berisikan nasihat-nasihat, berita-berita kabar gembira bagi orang
yang beriman dan beramal saleh, dan berita- berita ancaman bagi mereka yang
tidak beriman atau tidak beramal saleh. Maka, Al-Qur’an berisikan ucapan-ucapan
yang baik, yang dalam istilah Al-Qur’an sendiri, ahsan al-hadits.
Kata-kata yang penuh kebaikan sering memberikan efek
autosugesti yang positif dan yang akan menimbulkan ketenangan. Platonov,
misalnya, telah membuktikan dalam eksperimennya bahwa kata-kata sebagai suatu
Conditioned Stimulus (istilah dari Platonov) memang benar-benar menimbulkan
perubahan sesuai dengan arti atau makna kata-kata tersebut pada diri manusia.
Pada eksperimen Platonov, kata-kata yang digunakan adalah “tidur, tidur” dan
memang individu tersebut akhirnya tertidur. Demikian pula ketika berkiblat
dengan Al-Qur’an. Isinya, yang semuanya mengajak kea rah perbaikan diri, akan
menjadi motivator dahsyat dalam menempuh hidup. Muslim yang tidak memahami
bahasa Arab pun tetap bisa mendapatkan efek positif ini, karena mereka paham
keagungan Kitabullah tersebut.
Hanya saja, kurang ideal jika diterapkan dalam jangka waktu
yang lama. Mengingat efek autosugesti akan menurun seiring pemahaman yang tidak
juga bertambah. Maka, sebisa mungkin pahami dengan menguasai bahasa Arab. Jika
sulit, pelajari tafsirnya atau minimal baca terjemahan Al-Qur’an yang banyak
tergabung dengan mushafnya. []